Selasa, 10 November 2015

Obyek wisata telaga dan kawah di Dieng

Telaga WarnaTelaga Warna adalah objek wisata yang terletak di Dieng, Kecamatan Kejajar Wonosobo. Telaga Warna merupakan salah satu objek wisata andalan Kabupaten Wonosobo Provinsi Jawa Tengah. Jarak objek wisata Telaga Warna dengan Wonosobo sekitar 26 Km dapat ditempuh dengan rute Arah utara kota Wonosobo, dengan menggunkan bus jurusan Wonosobo – Dieng Batur.

Telaga Warna memiliki keunikan tersendiri berkaitan dengan warna telaga. Terkadang berwarna hijau dan kuning atau berwarna warni mirip pelangi karena Telaga Warna memiliki kandungan sulfur yang cukup tinggi. Objek Wisata Telaga Warna banyak dikunjungi oleh turis domestik maupun mancanegara, karena keindahannya, disamping itu hawa udaranya yang segar. untuk masuk ke objek wisata telaga warna penggunjung dikenakan biaya tiga ribu rupiah. Telaga warna  memang terkenal memiliki keunikan dan keindahan yang memukau. Dimana air telaga bisa berubah-ubah warna ketika terkena cahaya matahari. Seperti berwarna hijau dan kuning, sampai berwarna mirip pelangi. Ini dikarenakan, air telaga warna memiliki kandungan sulfur yang cukup tinggi. Nah, buat kamu yang ingin melihat indahnya telaga warna, kamu hanya perlu membayar tiket masuk sebesar Rp 6.000,- per orang.
Kawah  Sikidang dalah sebuah Kawah yang airnya selalu mendidih dan menyemburkan gas yang beraroma belerang. Orang menjulukinya Kawah Sikidang. Disebut Sikidang karena semburannya selalu berpindah-pindah tempat, seolah melompat-lompat seperti Kijang yang sedang berlari. Kawah ini berbeda dengan kawah yang ada di pegunungan Jawa Barat maupun Jawa Timur.Kawah Sikidang Disini Kawah tidak berada di puncak gunung, melainkan di daratan yang menyerupai sebuah sumur, sehingga wisatawan dapat menyaksikan aktifitas kawah ini dari jarak yang cukup dekat,bahkan sampai di bibir kawah.Kawah Sikidang Selain Kawah Sikidang, terdapat juga kawah-kawah lain yang masih berada di kawasan Dieng yaitu Kawah Sikendang, Kawah Sileri, Kawah Candradimuka, Kawah Sinila, Kawah Timbang, Kawah Pager Kandang dan Kawah Sipandu
CandiArjuna merupakan salah satu bangunan candi di Kompleks Percandian Arjuna, Dieng. Di kompleks ini juga terdapat Candi Semar, Candi Srikandi, Candi Puntadewa, dan Candi Sembadra. Candi Arjuna terletak paling utara dari deretan percandian di kompleks tersebut. Sementara itu, Candi Semar adalah candi perwara atau pelengkap dari Candi Arjuna. Kedua bangunan candi ini saling berhadapan. Seperti umumnya candi-candi di Dieng, masyarakat memberikan nama tokoh pewayangan Mahabarata sebagai nama candi.
Mulai tahun 2010 kompleks Candi Arjuna mulai digunakan untuk pengembangan wisata yang dikemas oleh Dinas Pariwisata Banjarnegara dan Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata). Mereka menyelenggarakan acara budaya tahunan yang telah dikenal dengan nama DCF (Dieng Culture Festival). Yang berupa seni pagelaran budaya , kuliner dan aneka souvenir.
Thanks for reading: Obyek wisata telaga dan kawah di Dieng

Oleh - oleh kuliner khas DIENG


Dataran tinggi dieng sangat dikenal dengan wisata budaya, sejarah, dan alamnya . Tidak heran mancanegara dan domestik datang ke Dienguntuk sekedar refreshing dan menghabiskan liburan akhir pekan dengan sanak keluarga. Selain  obyek wisata Dieng juga memiiki cinderamata dan oleh – oleh khas dieng seperti carica, keripik jamur, purwaceng dan pernak pernik yang bertemakan  Dieng.



1.    Keripik Jamur Dieng
Keripik jamur yang terbuat dari jamur yang di budiyakan oleh warga Dieng .Sehingga jamur tersebut menjadi khas untuk dieng . Dengan pengolahan di goreng menggunkan minyak dan di lapisi dengan tepung yang menjadi kannya renyah untuk dimakan. Ada berbgai varian rsa untuk jkeripik jamur dieng seperti balado, keju, original.berbagai Harga yang ditawarkan juga cukup terjangkau antara 10-20 ribu / bungkus tergantung ukuran dan beratnya.

2.    Carica Khas Dieng
Carica adalah buah yang hanya tumbuh di dataran tinggi Dieng, sebenarnya bisa tumbuh di tempat lain. Namun ada yang pernah mencobanya namun hasil dari buah tersebut tidak sebagus di dataran tinggi Dieng. Masyarakat setempat berinofasi membuat oleh-oleh khas dieng dengan bahan buah Carica tersebut. olahan yang banyak di jumpai adalah dibuat manisan.

Rasa manisan carica tersebut sangat khas dan tidak dimiliki oleh buah yang lain. Proses pembuatannya pun cukup rumit, karena carica ini memiliki cairan selaput yang dapat membuat gatal jika terkena kulit. Namun dengan tangan-tangan terampil dan terlatih, maka carica dapat diolah sebagi makanan khas Dieng yang sangata terkenal dan digemari oleh wisatawan. Dengan harga yang relatif murah Dari 20000 ribu satu lusin carica ukuran kecil hingga 60000 ribu yang ukuran besar, bentuk bervariasi sesuai tempat carica berupa kacabotol hingga botol plastik.

3.    Purwaceng
Purwaceng adalah minuman khas dieng yang berupa rempah rempah yang alami . purwaceng berupa bubuk yang bisa dicampurkan dengan kopi hangat untuk meminumnya selain kopi purwaceng juga ada yang teh.Tidak hanya itu purwaceng juga mempunyai khasiat untuk lelaki dan menghangatkan tubuh pada suhu dieng. Purwaceng mempunyai varian rasa dan hrga yang berbeda satu sama lain.

4.    Kaos, Pin, Sleyer, Topi Bertemakan Deing
Souvenir Dieng yang ramai adalah berbentuk kaos, sebenarnya hampir sama dengan tempat wisata lainnya. Di dieng juga menjual berbagai produk kaos untuk souvenir, ada juga slayer, topi, ketu, pin, dlljikaada berkunjung di Dieng di sekitaran jalan hingga candi , bukit sikunir banyak orang yang berjuaklan souvenir di sepanjang objek wisata dieng.


Thanks for reading: Oleh - oleh kuliner khas DIENG

Candi Diatas Awan Dieng

Candi Dieng yang diatas awan


      Candi-candi Dieng merupakan candi yang  beraliran hindu tertua di Jawa pada abad ke 7 yang masih tampak gagah di dataran tinggi Dieng. Bangunannya yang berukuran kecil rata-rata 4 m persegi terlihat cantik di tengah-tengah gunung Dieng. Yang berada diatas awan yang tertinggi.

     Candi Dieng merupakan tempat persembahan terindah yang di tujukan kepada Dewa Shiwa, Dewanya para umat hindu yang terkenal dengan TRI MURTI yaitu Shiwa, Wisnu dan Brahma. 

     Candi -candi yang sudah ditemukan dan masih dilestarikan keberadaannya diantaranya adalah Kompleks candi Arjuna meliputi Candi Arjuna, Candi Srikandi, Candi Puntadewa, Candi Sembadra dan Candi Semar. Saat mengarahkan pandangan ke samping kanan, melewati jalan setapak yang lebat di tumbuhi rerumputan hijau tampak komplek Candi Setiaki yang bangunannya  tidak kalah indah dengan candi-candi yang berada di kawasan Candi Arjuna. Saat berjalan ke atas melewati rimbunnya pohon cemara, disana juga terdapat salah satu candi Dieng yaitu Candi Gatutkaca. Candi Gatutkaca merupakan komplek candi juga akan tetapi hanya ada satu bangunan candi yang masih berdiri di komplek Candi Gatutkaca. Letak bangunan candi yang lebih tinggi dari Komplek Candi Arjuna dan Komplek Candi Setiaki sehingga daerah komplek Candi Gatutkaca sering digunakan oleh para photographer sebagai spot objek photo mereka.

       Mahakarya dinasi Sanjaya sebagai peradapan hindu berbentuk candi yang mirip seperti struktur candi dari Hindia pun ada di Dieng yaitu Candi Bima. Candi Bima merupakan Candi yang paling unik dan misterius di Dieng. Tidak jauh dari perkampungan Dieng, terlihat tumpukan batu yang tertata rapi berupa candi juga yang masih enak di pandang mata yaitu Candi Dwarawati, Letaknya yang memisahkan diri dari yang lainnya membuat candi ini banyak di kejar oleh para wisatawan. 

    Candi Dieng merupakan peninggalan sejarah misterius karena keberadaannya dan tampak megah karna gaya arsiteknya.
·         Candi Sembrada
·         Candi  Semar
·         Candi Gatotkaca
·         Candi Bima
·         Candi Dwarawati
·         Candi arjuna
·         Candi Srikandi
·         Candi puntadewa

Tidak hanya candi dieng juga memiliki kuliner yang khas dengan dieng.

Thanks for reading: Candi Diatas Awan Dieng

Asal Usul Batik PEKALAONGAN

    Batik secara historis berasal dari zaman nenek moyang yang dikenal sejak abad XVII yang ditulis dan dilukis pada daun lontar. Saat itu motif atau pola batik masih didominasi dengan bentuk binatang dan tanaman. Namun dalam sejarah perkembangannya batik mengalami perkembangan, yaitu dari corak-corak lukisan binatang dan tanaman lambat laun beralih pada motif abstrak yang menyerupai awan, relief candi, wayang beber dan sebagainya. Selanjutnya melalui penggabungan corak lukisan dengan seni dekorasi pakaian, muncul seni batik tulis seperti yang kita kenal sekarang ini.
Jenis dan corak batik tradisional tergolong amat banyak, namun corak dan variasinya sesuai dengan filosofi dan budaya masing-masing daerah yang amat beragam. Khasanah budaya Bangsa Indonesia yang demikian kaya telah mendorong lahirnya berbagai corak dan jenis batik tradisioanal dengan ciri kekhususannya sendiri.


Perkembangan Batik di Indonesia
      Sejarah pembatikan di Indonesia berkaitan dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan kerajaan sesudahnya. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerajaan Solo dan Yogyakarta.
Kesenian batik merupakan kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluarga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing.


Proses pembuatan batik
      Dalam perkembangannya lambat laun kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga istana, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria.

      Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri. Sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai terdiri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari : pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanah lumpur.
      Jadi kerajinan batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit dan terus berkembang hingga kerajaan berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah usai perang dunia kesatu atau sekitar tahun 1920. Kini batik sudah menjadi bagian pakaian tradisional Indonesia.



Batik Pekalongan
      Meskipun tidak ada catatan resmi kapan batik mulai dikenal di Pekalongan, namun menurut perkiraan batik sudah ada di Pekalongan sekitar tahun 1800. Bahkan menurut data yang tercatat di Deperindag, motif batik itu ada yang dibuat 1802, seperti motif pohon kecil berupa bahan baju.
Namun perkembangan yang signifikan diperkirakan terjadi setelah perang besar pada tahun 1825-1830 di kerajaan Mataram yang sering disebut dengan perang Diponegoro atau perang Jawa. Dengan terjadinya peperangan ini mendesak keluarga kraton serta para pengikutnya banyak yang meninggalkan daerah kerajaan. Mereka kemudian tersebar ke arah Timur dan Barat. Kemudian di daerah - daerah baru itu para keluarga dan pengikutnya mengembangkan batik.
      Ke timur batik Solo dan Yogyakarta menyempurnakan corak batik yang telah ada di Mojokerto serta Tulungagung hingga menyebar ke Gresik, Surabaya dan Madura. Sedang ke arah Barat batik berkembang di Banyumas, Kebumen, Tegal, Cirebon dan Pekalongan. Dengan adanya migrasi ini, maka batik Pekalongan yang telah ada sebelumnya semakin berkembang.
Seiring berjalannya waktu, Batik Pekalongan mengalami perkembangan pesat dibandingkan dengan daerah lain. Di daerah ini batik berkembang di sekitar daerah pantai, yaitu di daerah Pekalongan kota dan daerah Buaran, Pekajangan serta Wonopringgo.
      Perjumpaan masyarakat Pekalongan dengan berbagai bangsa seperti Cina, Belanda, Arab, India, Melayu dan Jepang pada zaman lampau telah mewarnai dinamika pada motif dan tata warna seni batik.
      Sehubungan dengan itu beberapa jenis motif batik hasil pengaruh dari berbagai negara tersebut yang kemudian dikenal sebagai identitas batik Pekalongan. Motif itu, yaitu batik Jlamprang, diilhami dari Negeri India dan Arab. Lalu batik Encim dan Klengenan, dipengaruhi oleh peranakan Cina. Batik Belanda, batik Pagi Sore, dan batik Hokokai, tumbuh pesat sejak pendudukan Jepang.
      Perkembangan budaya teknik cetak motif tutup celup dengan menggunakan malam (lilin) di atas kain yang kemudian disebut batik, memang tak bisa dilepaskan dari pengaruh negara-negara itu. Ini memperlihatkan konteks kelenturan batik dari masa ke masa.
      Batik Pekalongan menjadi sangat khas karena bertopang sepenuhnya pada ratusan pengusaha kecil, bukan pada segelintir pengusaha bermodal besar. Sejak berpuluh tahun lampau hingga sekarang, sebagian besar proses produksi batik Pekalongan dikerjakan di rumah-rumah. Akibatnya, batik Pekalongan menyatu erat dengan kehidupan masyarakat Pekalongan yang kini terbagi dalam dua wilayah administratif, yakni Kotamadya Pekalongan dan Kabupaten Pekalongan.
      Pasang surut perkembangan batik Pekalongan, memperlihatkan Pekalongan layak menjadi ikon bagi perkembangan batik di Nusantara. Ikon bagi karya seni yang tak pernah menyerah dengan perkembangan zaman dan selalu dinamis. Kini batik sudah menjadi nafas kehidupan sehari-hari warga Pekalongan dan merupakan salah satu produk unggulan. Hal itu disebabkan banyaknya industri yang menghasilkan produk batik. Karena terkenal dengan produk batiknya, Pekalongan dikenal sebagai KOTA BATIK. Julukan itu datang dari suatu tradisi yang cukup lama berakar di Pekalongan. Selama periode yang panjang itulah, aneka sifat, ragam kegunaan, jenis rancangan, serta mutu batik ditentukan oleh iklim dan keberadaan serat-serat setempat, faktor sejarah, perdagangan dan kesiapan masyarakatnya dalam menerima paham serta pemikiran baru.


      Batik yang merupakan karya seni budaya yang dikagumi dunia, diantara ragam tradisional yang dihasilkan dengan teknologi celup rintang, tidak satu pun yang mampu hadir seindah dan sehalus batik Pekalongan


Thanks for reading: Asal Usul Batik PEKALAONGAN

Minggu, 08 November 2015

Prosesi cukur gimbal dieng


Di Dataran Tinggi Dieng selain candi  ada tradisi rutin tiap tahun yang dilakukan adalah upacara ruwatan cukur rambut gimbal massal  kepada anak-anak . Acara tahunan yang cukup terkenal di mancanegara ini berisikan sebuah upacara ruwatan sebelum anak-anak yang berambut gimbal itu dicukur. Menurut kepercayaan setempat diadakannya acara ruwatan ini berkaitan dengan legenda Kyai Kolodete yang merupakan cikal bakal pendiri Kabupaten Wonosobo yang konon selalu mengadakan upacara ruwatan terlebih dahulu sebelum mencukur anak-anak yang berambut gimbal karena konon anak-anak yang berambut gimbal dianggap bisa membawa musibah di kemudian hari, tapi bila diruwat anak-anak itu dipercaya dapat mendatangkan rezeki. Disamping itu, bila anak yang dicukur tidak melakukan ruwatan terlebih dahulu maka rambut yang akan tumbuh setelah dicukur akan tetap gimbal dan lagi anak mengalami sakit lagi. 

Waktu upacara yang dilakukan pada cukur gimbal adalah bulan agustus  dengan persiapan khusus seperti tempat upacara yang dilakukan di candi dieng yang di kelilingi dengan kain putih disekitarnya dan benda-benda sesaji. Sesaji yang biasanya disiapkan untuk upacara ini sendiri antara lain tumpeng, ayam besar utuh, gunting, mangkuk dan air berisi bunga setaman, beras, 2 buah uang, payung, tumpeng putih dengan dihiasi buah-buahan yang ditancapkan, jajanan pasar serta 15 jenis minuman, seperti kopi manis dan pahit, teh manis dan pahit, selasih, susu, jawawut dan permintaan anak yang diruwat. Tempat upacaranya sendiri adalah di Goa Semar yang terletak diarea obyek wisata Telaga Warna. 




Acara ruwatan ini mula-mula dibuka dengan sambutan oleh salah satu pelaksana upacara. Kemudian setelah sambutan-sambutan selesai maka prosesi upacara pun dimulai. Dengan diiringi bebunyian gamelan sang sesepuh mulai memandikan anak yang akan dicukur rambutnya. Air yang dipakai oleh sang sesepuh untuk memandikan anak yang akan dicukur ini sendiri diambil dari mata air yang dianggap bertuah di DataranTinggi Dieng. Kemudian setelah dimandikan maka disiapkanlah sesaji-sesaji yang akan dipakai dalam prosesi upacara ruwatannya adalah tumpeng putih dengan dihiasi buah-buah yang ditancapkan, hal ini menggambarkan rambut gimbal. Tumpeng dianggap kepala sedangkan untaian buah-buahan sebagai rambut gimbalnya. Lalu ada ayam kampung yang telah digoreng (bakakak), jajanan pasar serta 15 jenis minuman, seperti kopi manis dan pahit, teh manis dan pahit, selasih, susu, jawawut, dan sebagainya.

Setelah segala sesaji untuk upacara telah lengkap semua maka sang sesepuh dieng pun memanjatkan doa untuk kemudian mengasapi kepala sang anak yang akan dicukur dengan asap kemenyan yang telah didoakan tadi. Selanjutnya barulah sang dukun memotong rambut gimbal anak tersebut dengan sebelumnya memasukkan cincin yang dianggap magis ke tiap helai rambut gimbal lalu mencukurnya satu-satu.

Rambut-rambut yang telah dipotong tadi kemudian dibungkus dengan kain putih dan lalu dilarung ke Telaga Warna atau sungai yang ada di Dieng. 

Seiring dengan dilarungnya rambut gimbal ke sungai atau ke Telaga Warna dengan ini maka berakhirlah acara prosesi upacara ruwatan cukur rambut gimbal massal ini dilakukan.


Thanks for reading: Prosesi cukur gimbal dieng