Di Dataran Tinggi Dieng selain candi ada tradisi rutin tiap tahun yang dilakukan adalah upacara ruwatan cukur rambut gimbal massal kepada anak-anak . Acara tahunan yang cukup terkenal di mancanegara ini berisikan sebuah upacara ruwatan sebelum anak-anak yang berambut gimbal itu dicukur. Menurut kepercayaan setempat diadakannya acara ruwatan ini berkaitan dengan legenda Kyai Kolodete yang merupakan cikal bakal pendiri Kabupaten Wonosobo yang konon selalu mengadakan upacara ruwatan terlebih dahulu sebelum mencukur anak-anak yang berambut gimbal karena konon anak-anak yang berambut gimbal dianggap bisa membawa musibah di kemudian hari, tapi bila diruwat anak-anak itu dipercaya dapat mendatangkan rezeki. Disamping itu, bila anak yang dicukur tidak melakukan ruwatan terlebih dahulu maka rambut yang akan tumbuh setelah dicukur akan tetap gimbal dan lagi anak mengalami sakit lagi.
Waktu upacara yang dilakukan pada cukur
gimbal adalah bulan agustus dengan
persiapan khusus seperti tempat upacara yang dilakukan di candi dieng yang di
kelilingi dengan kain putih disekitarnya dan benda-benda sesaji. Sesaji yang
biasanya disiapkan untuk upacara ini sendiri antara lain tumpeng, ayam besar
utuh, gunting, mangkuk dan air berisi bunga setaman, beras, 2 buah uang,
payung, tumpeng putih dengan dihiasi buah-buahan yang ditancapkan, jajanan
pasar serta 15 jenis minuman, seperti kopi manis dan pahit, teh manis dan
pahit, selasih, susu, jawawut dan permintaan anak yang diruwat. Tempat
upacaranya sendiri adalah di Goa Semar yang terletak diarea obyek wisata Telaga
Warna.
Acara ruwatan ini mula-mula dibuka
dengan sambutan oleh salah satu pelaksana upacara. Kemudian setelah
sambutan-sambutan selesai maka prosesi upacara pun dimulai. Dengan diiringi
bebunyian gamelan sang sesepuh mulai memandikan anak yang akan dicukur
rambutnya. Air yang dipakai oleh sang sesepuh untuk memandikan anak yang akan
dicukur ini sendiri diambil dari mata air yang dianggap bertuah di DataranTinggi Dieng. Kemudian setelah dimandikan maka disiapkanlah sesaji-sesaji yang
akan dipakai dalam prosesi upacara ruwatannya adalah tumpeng putih dengan
dihiasi buah-buah yang ditancapkan, hal ini menggambarkan rambut gimbal.
Tumpeng dianggap kepala sedangkan untaian buah-buahan sebagai rambut gimbalnya.
Lalu ada ayam kampung yang telah digoreng (bakakak), jajanan pasar serta 15
jenis minuman, seperti kopi manis dan pahit, teh manis dan pahit, selasih,
susu, jawawut, dan sebagainya.
Setelah segala sesaji untuk upacara telah
lengkap semua maka sang sesepuh dieng pun memanjatkan doa untuk kemudian
mengasapi kepala sang anak yang akan dicukur dengan asap kemenyan yang telah
didoakan tadi. Selanjutnya barulah sang dukun memotong rambut gimbal anak
tersebut dengan sebelumnya memasukkan cincin yang dianggap magis ke tiap helai
rambut gimbal lalu mencukurnya satu-satu.
Rambut-rambut yang telah dipotong tadi
kemudian dibungkus dengan kain putih dan lalu dilarung ke Telaga Warna atau
sungai yang ada di Dieng.
Seiring dengan dilarungnya rambut gimbal
ke sungai atau ke Telaga Warna dengan ini maka berakhirlah acara prosesi
upacara ruwatan cukur rambut gimbal massal ini dilakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar